![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinN34tIdcrkgYSwFfHLj50QQy0CSLnuf3zsvsps0TZlqKsy9wwy1SAnyfW-NBG272lql8FtVuP8tgZEqR2TZFuZCOUwcD326bG0wrQfBfMz3TrG-zJWguX5sc3UOt7TE_NfADe4CmMEfeb/s320/cece.bmp)
”Mata adalah panglima hati. Hampir semua perasaan dan perilaku awalnya dipicu oleh pandangan mata. Bila membiarkan mamandang yang dibenci dan diralang, maka pemiliknya berada di tepi jurang bahaya. Meskipun ia tidak bersungguh-sungguh jatuh ke dalam jurang”. Demikian potongan nasihat Imam Ghazali rahimahullah dalam kitab Ihya Ulumuddin.
Beliau berwasiat agar tidak menganggap ringan masalah padangan. Ia juga mengutip bunyi sebuah sya’ir, ”semua peristiwa besar berawalnya adalah mata. Lihatlah api kecil yang awalnya berasal dari percikan api”.
Senada dengan bunyi sya’ir tersebut sebagian salafushalih mengatakan, ”Banyak makanan haram yang bisa menghalangi orang untuk melakukan shalat tahajjud dimalam hari. Banyak juga pandangan kepada yang haram sampai menghalanginya dari membaca Kitabullah”.
Semoga Allah memberikan naungan barakah-Nya kepada kita semua. Fitnah dan ujian tak pernah berhenti. Sangat mungkin, kita kerap mendengar bahkan mengkaji masalah mata. Tapi belum tentu kita termasuk dalam kelompok orang yang bisa memelihara matanya. Padahal, seperti yang diungkapkan oleh Imam Ghazali diatas, orang yang keliru menggunakan pandangan, berarti ia terancam bahaya besar karena mata adalah pintu yang paling luas yang bisa memberikan banyak pengaruh pada hati.
Menurut Imam Ibnul Qayyim, mata adalah penuntun, sementara hati adalah pendorong dan pengikut. Yang pertama, mata, memiliki kenikmatan padangan. Sedang yang kedua, hati, memiliki kenikmatan pencapaian. ”Dalam dunia nafsu keduanya adalah sekutu yang mesra. Jika terpuruk dalam kesulitan, maka masing-masing akan saling mencela dan mencerai,” jelas Ibnul Qayyim.
Perilaku mata dan hati adalah sikap tersembunyi yang sulit diketahui oleh orang lain, kedipan mata apalagi kecenderungan hati, merupakan rahasia diri yang tak diketahui oleh siapapun, kecuali Allah SWT, ” Dia (Allah) mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati”.(QS. Al-mukmin:19).Itu artinya, memelihara mata dan hati, sangat tergantung dengan tingkat keimanan dan kesadaran penuh akan ilmuLlah (pengetahuan Allah). Pemeliharaan hati dan mata, bisa identik dengan tingkat keimanan seseorang.
Banyak sekali kenikmatan yang menjadi buah memelihara mata. Coba perhatikan tingkat-tingkat manfaat yang diuraikan oleh imam Ibnul Qayyim dalam Al jawabul Kafi Liman Saala Anid Dawa’i Syafi berikut ini:
1.Memelihara pandangan mata, menjamin kebahagiaan seorang hamba di dunia dan akhirat.
2.Memelihara pandangan, memberi nuansa kedekatan seseorang hamba kepada Allah.
3.Menahan pandangan bisa menguatkan hati dan membuat seseorang lebih merasa bahagia.
4.Menahan pandangan juga menghalangi pintu masuk syaithan ke dalam hati.
Dalam sebuah hadits di kisahkan, pada hari kiamat ada sekelompok orang membawa hasanat (kebaikan) yang sangat banyak. Bahkan Rasul menyebutkan, kebaikan itu bak sebuah gunung. Tapi ternyata, Allah SWT tidak memandang apa-apa terhadap prestasi kebaikan itu. Allah menjadikan kebaikan itu tak berbobot, seperti debu yang berterbangan. Rasul mengatakan, bahwa kondisi seperti itu adalah karena mereka adalah kelompok manusia yang melakukan kebaikan ketika berada bersama manusia yang lain. Tapi tatkala dalam keadaan sendiri dan tak ada manusia lain yang melihatnya, ia melanggar larangan-larangan Allah (HR. Ibnu Majah)
Kesendirian, kesepian, kala tak ada orang yang melihat perbuatan salah, adalah ujian yang membuktikan kualitas iman. Disinilah peran mengendalikan mata dan kecondongan hati termasuk dalam situasi kesendirian, karena ia menjadi bagian suasana yang tidak diketahui oleh orang lain, ”Hendaklah engakau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engakau tidaka melikhat-Nya yakinilah bahwa ia melihatmu”.
Label:
Mata dan Hati